Sejak Korona melanda tanah air, banyak aktifitas masyarakat terhenti. Hampir seluruh segi kehidupan lumpuh. Banyak warga mengurangi aktifitas baik bekerja maupun berdagang. Tak terkecuali dunia pendidikan.
Dampak terbesar Korona terhadap pendidikan ditandai dengan pembelajaran dilakukan secara daring. Siswa tidak boleh hadir di sekolah, karena dapat mengakibatkan interaksi sosial yg menimbulkan dampak tertularnya virus Korona. Pembelajaran daring dilakukan oleh guru dan siswa dari rumah. Siswa berbekal HP dan quota internet agar mereka dapat mengakses beberapa platform pembelajaran yang ditentukan sekolah. Ada yang menggunakan WhatsApp, Google classroom, LMS, zoom dan lain-lain.
Karena tidak banyak aktifitas itulah yang menyebabkan kegiatan bidang jurnalistik juga mengalami kelumpuhan. No Activities no reportase. Inilah yang menyebabkan majalah Forsay’s tidak dapat terbit.
Setelah sekian lama tak terbit, tahun ini sekolah kembali berniat mengaktifkan kembali kegiatan jurnalistik sekolah. Tentu bukan hal yang mudah. Pengurus telah kehilangan 3 generasi kepengurusan. Karena itu bila ingin mengaktifkan kembali butuh waktu dan usaha yang super ekstra. Mulai dari nol. Karena harus mencari dan menemukan kembali bibit-bibit potensi dan bakat siswa di bidang kepenulisan. Untungnya, ada salah satu siswa kelas XI dkv yang punya prestasi pemenang lomba penulisan. Dari Deviah inilah dimulai pencarian bakat para siswa. Meski agak lama, namun usaha yang telah dilakukan oleh beberapa guru membuahkan hasil. Sebagai penanggung jawab, bapak Eko Setyo Widianto memulai pergerakan di kelas akuntansi keuangan lanjutan. Sedang ibu Iffa bergerak di perpustakaan. Tak ketinggalan Bapak Said selaku kaprodi bergerilya di kelas dkv.
Tak ada kesuksesan tanpa perjuangan. Melalui pionir-pionir muda ini, saya menghimbau semuanya, marilah kita canangkan momen ini sebagai tonggak perjuangan untuk kembali merajut dan mengukir sejarah tegaknya era jurnalistik sekolah sebagai media komunikasi dan interaksi para siswa dan guru. Majalah adalah corong bagi lembaga untuk menyiarkan prestasi dan aktifitas sekolah ke dunia luar agar mereka kembali tahu bahwa Yadika bukan sekolah yang sekedar berjalan dan berpartisipasi dalam dunia pendidikan, tetapi jauh dari itu. Yadika ada adalah satu satunya sekolah yang senantiasa menempatkan dirinya di urutan teratas sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas dan berbudaya. (Eko Setyo Widanto )